Risiko likuiditas terbagi pada risiko likuiditas terkait pendanaan dan risiko likuiditas terkait transaksi. Risiko likuiditas terkait pendanaan yaitu risiko yang timbul dikarenakan kesulitan pendanaan dalam rangka memenuhi pembayaran utang yang akan jatuh tempo. Risiko likuiditas ini pasti dialami oleh perusahaan dan perbankan. Risiko likuiditas pada perusahaan pada umumnya terkait bagaimana perusahaan dapat memenuhi kewajibannya. Salah satu caranya yaitu dari rasio current asset terhadap current liabilities atau yang disebut current ratio di laporan keuangan
Sedangkan risiko likuiditas yang terjadi pada bank atau perusahaan dapat dilihat pada neraca keuangan yang dilaporkan. Pada sisi asset, susunan asset bank pada umumnya ditempatkan dalam bentuk kredit yang pada umumnya memiliki jatuh tempo yang cukup panjang. Hal ini berkebalikan dengan sisi kewajibannya dimana banyak terdapat penempatan dari pihak ketiga (nasabah) baik berupa tabungan atau deposito yang pada umumnya jatuh temponya bersifat jangka pendek dan penarikan oleh nasabah dapat dilakukan sewaktu-waktu.
Sedangkan risiko likuditas terkait kebutuhan transaksi yaitu risiko yang diakibatkan kesulitan mengkonversi suatu asset menjadi dana tunai dalam waktu yang cepat dikarenakan ketidaktersedian informasi orang yang mentransaksikan aset tersebut. Kesulitan mengkonversi suatu assset dapat mengakibatkan kerugian dimana biasanya harga asset tidak dapat dinilai secara wajar sehingga harganya menjadi turun. beberapa cara mengukur likuiditas transaksi berdasarkan Working Paper IMF "Measuring Liquidity in Financial Market" yaitu dengan pengukuran biaya transaksi dan Volume transaksi.
Pendekatan yang paling umum digunakan yaitu pengukuran volume transaksi dan "bid-ask spread". Volume transaksi mungkin yang paling mudah dilakukan yaitu dengan melihat transaksi volume yang tinggi dan transaksi tersebbut terjadi secara berkelanjutan. Dengan demikian bila kita akan berinvestasi maka perlu diperhatikan ketersediaan pasar dengan transaksi atas aset tersebut memiliki volume tinggi dan berkelanjutan. Bila terdapat aset dengan volume transaksi tinggi namun secara historis volume transaksinya tidak tinggi maka tingkat risiko akan meningkat.
Baca juga: Mengapa Volume transaksi menjadi penting?
Sedangkan pendekatan bid ask spread yaitu selisih harga antara penawaran beli dan penawaran jual. bid ask spread merupakan biaya transaksi yang timbul ketika mengkonversi asset ke dana. Asset yang memiliki risiko likuiditas yang tinggi akan memiliki bid ask spread yang tinggi berkebalikan dengan asset yang memiliki risiko likuiditas yang rendah.
baca juga: Pentingnya Bid-Ask Spread
Kondisi asset yang memiliki risiko likuiditas yang tinggi akan berdampak pada volatilitas harga asset itu sendiri. Semakin tinggi tingkat risiko likuiditas maka penilaian atas asset tersebut akan menjadi sangat sulit karena ketidaktersediaan informasi dari pihak-pihak yang ingin membeli asset tersebut.
Dengan memperhatikan risiko likuiditas maka kita telah meminimalisir risiko pada pilihan investasi yang kita pilih dan meminimalisir kerugian yang akan dihadapi.
Artikel Lainnya
- Mengenal Risiko Kredit
- Mengenal Risiko Pasar
- mengukur volatilitas harga saham
- mengenal investasi reksa dana
- mengukur likuiditas saham
Tidak ada komentar:
Posting Komentar